Air Laut Bisa Perlambat Dampak Perubahan Iklim
JAKARTA, Perubahan iklim bisa bertambah lebih buruk jika jumlah ekstra panas yang besar diserap oleh air laut langsung dilepaskan kembali ke udara.
Pandangan tersebut disampaikan Ilmuwan seperti dilansir laman Reuters (8/4). Dalam penelitian mereka menunjukkan bahwa lautan telah membantu mengurangi dampak pemanasan sejak tahun 2000, seperti dikutip dari laman Reuters, Senin.
Penelitian tersebut mencatat bahwa gas panas yang terperangkap dipancarkan ke atmosfer lebih cepat dari sebelumnya, dan 10 tahun terpanas terjadi sejak pencatatan dimulai tahun 1998.
Namun tingkat di mana permukaan bumi yang memanas agak melambat sejak tahun 2000, menyebabkan para ilmuwan mencari penjelasan atas perlambatan perubahan iklim tersebut.
Para ahli di Perancis dan Spanyol mengatakan pada Minggu bahwa air laut lebih hangat dari udara sekitar pada tahun 2000. Itu akan membantu menjelaskan perlambatan pemanasan permukaan air laut, tetapi menyarankan bahwa perlambatan itu mungkin hanya sementara dan singkat.
"Sebagian besar dari kelebihan energi ini diserap di atas 700 meter (2.300 kaki) dari laut pada awal pemanasan, sebanyak 65 persen saja di Pasifik tropis dan Atlantik," ujar ahli dalam jurnal Nature Climate Change.
Penulis Virginie Guemas dari Catalan Institute of Climate Sciences di Barcelona mengatakan bahwa panas tersembunyi dapat kembali ke atmosfer dalam beberapa tahun berikutnya, yang dapat memicu pemanasan lagi.
"Jika hanya terkait dengan variabilitas alami maka laju pemanasan akan meningkat segera," kata Virginie.
Caroline Katsman dari The Royal Meteorologi Institute, mengatakan itu adalah bagian dari sebuah siklus laut seperti "El Nino" (Pemanasan di Pasifik) dan "La Nina" (Pendinginan di Pasifik) jika panas yang diserap oleh lautan akan kembali ke atmosfer.
Ia mengatakan bahwa penelitian tersebut sudah dikonfirmasi sebelumnya oleh lembaganya, tapi itu tidak menjelaskan kenapa terjadi perlambatan pemanasan di permukaan air laut sekitar tahun 2000.
Ambang Batas
Laju perubahan iklim memiliki implikasi ekonomi yang besar karena hampir 200 negara sepakat pada 2010 untuk membatasi pemanasan permukaan air laut kurang dari 2 derajat Celsius (3,6 F) di tingkat industri, terutama dari bahan bakar fosil.
Suhu permukaan telah meningkat 0,8 derajat C. Dua derajat dipandang sebagai ambang batas bagi perubahan berbahaya seperti kekeringan, tanah longsor, banjir, dan naiknya permukaan air laut.
Beberapa negara berpendapat bahwa adanya kenaikan perlambatan perubahan iklim menunjukkan mereka kurang bertindak.
Karena itu, negara-negara sepakat untuk memerangi perubahan iklim pada akhir tahun 2015. ( Reuters/Azis Kurmala/Antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar